Kamis, 16 Oktober 2008

Tips Membuat Situs E-Commerce yang Baik

ring saya mengunjungi situs-situs E-Commerce untuk sekedar melihat-lihat barang yang ditawarkan. Namun dari beberapa situs E-Commerce Indonesia, kebanyakan kurang user friendly, cenderung mempersulit, useless graphic, dan lambat karena page size yang besar. Saya sendiri sangat menyukai bila berkunjung ke Amazon.com, rasanya betah sekali mengunjungi situs tersebut walau hanya melihat-lihat dan tidak pernah membeli langsung ke toko online tersebut. Situs “jualan” lain yang sering saya kunjungi adalah thinkgeek.com saya sangat suka melihat barang-barang “aneh” yang dijual di situs tersebut.

Dalam segi desain, situs diatas tersebut membuat pengunjung mudah untuk menelusuri toko online tersebut. Membicarakan mengenai situs E-Commerce, saya jadi teringat buku yang pernah saya baca. Dalam buku tersebut ada beberapa tips desain yang kurang lebih isinya sebagai berikut:

1. Desain Untuk Resolusi Monitor Yang Berbeda
Desainlah situs E-Commerce yang dapat tampil baik pada resolusi yang kini sering dipergunakan (800×600/1024×768). Anda dapat menggunakan satuan % (persen) pada tabel layout untuk tampilan situs yang resizeable pada berbagai resolusi, namun pertimbangkan juga mengenai konsekuensi perubahan layout bila dilihat pada monitor dengan resolusi yang lebih besar atau lebih kecil dari resolusi yang Anda gunakan saat mendesain. Bila tidak, gunakan satuan pixel pada tabel layout agar tampilan fixed namun optimasikan pada resolusi yang lebih kecil/sering digunakan misalnya 800X600.

2. Batasi Panjang Baris (Teks) Untuk Kemudahan Membaca
Bila situs yang Anda desain memiliki teks yang cukup panjang, batasi panjang teks Anda sekitar 70 karakter. Bila teks tersebut disimpan didalam tabel, beri tabel tersebut ukuran sekitar 480 pixel agar tidak memanjang.

3. Beri Label pada Grafis
Beri label pada setiap grafis yang Anda gunakan di situs Anda. Hal ini untuk memudahkan pengunjung yang melihat situs Anda dengan cepat (tidak mau menunggu seluruh gambar dalam situs terdownload) atau bila tampilan grafis di-disabled. Pada browser teks seperti Lynx, label akan tampil sebagai pengganti image.

4. Pergunakan URL pendek dan mudah diingat
Pergunakan URL yang pendek dan mudah diingat pada setiap seksi atau bagian dalam situs Anda, misalnya; www.berjualan.com/buku, www.berjualan.com/vcd, dan lain-lain.

5. Pergunakan Font Standar yang Terinstall di Kebanyakan Komputer
Font-font yang digunakan untuk web didesain untuk kemudahan membaca pada layar monitor. Pergunakan font-font standar agar kompatible bila digunakan pada browser yang berbeda atau bahkan pada sistem operasi yang berbeda pula.

6. Pergunakan Link Standar
Gunakan warna-warna link yang standar dan biasa digunakan. Biru untuk link yang belum dikunjungi dan ungu bila telah dikunjungi. Lebih baik pergunakan link standar dari pada beresiko membingungkan pengunjung Anda dengan mengubah warna link.( Kedip)

7. Cantumkan ukuran file pada file yang dapat di download
Cantumkan ukuran file pada file-file yang di didownload oleh pengunjung, hal ini bertujuan agar pengunjung dapat memperkirakan waktu downloading pada kecepatan akses yang ia gunakan. Pengunjung biasanya kesal bila telah mendownload konten (seperti PDF) dan ternyata cukup lama untuk menunggunya terdownload.

8. Jangan buat pengunjung men-scroll halaman
Orang tidak membaca situs Web, namun hanya men-scan. Artinya, mereka akan langsung mengalihkan perhatian pada konten yang mereka lihat pertama kali menarik perhatian dan langsung mengkliknya, padahal dihalaman bawah yang tidak tampil di browser terdapat konten yang ia cari atau lebih menarik dan bermanfaat.

9. Kesederhanaan Kunci Utama
Desain yang sederhana tidak hanya cepat didownload, namun juga sangat nyaman untuk dilihat, dan yang terpenting mudah untuk digunakan. Background sebaiknya berwarna terang dan beri warna kontras dengan konten. Anda juga harus membatasi jumlah warna yang Anda gunakan untuk mempertahankan kesederhanaan. Ada pemeo yang berbunyi “Keep it simple, stupid!” dari sebuah artikel lain yang saya baca.Demikianlah, tip desain untuk situs E-Commerce. Semoga bermanfaat untuk Anda yang akan mendesain situs E-Commerce. (Pupung Budi Purnama)

Saatnya Band (Musisi) Tidak “Menjual Lagu”

Setelah diskusi dengan beberapa orang teman yang terlibat di dunia band indie, ada beberapa hal yang cukup menarik perhatian. Diantaranya adalah era masa depan industri musik Indonesia. Kurang lebih begini rangkumannya :

Anda punya band? Atau anda musisi? Anda membuat lagu? Dan anda rekaman (recording)? Yah, itu proses yang biasanya dilakoni band/musisi. Oh iya, rekaman yang dimaksud disini adalah rekaman swadaya (recording dengan biaya sendiri). Tahap selanjutnya setelah proses rekaman inilah yang sering kali membingungkan. Beberapa band/musisi melakukan promo album, diantaranya dengan kerjasama dengan industri lain (biasanya rokok), dan yang paling umum menggandeng partner dari media radio dan distro - distro. Harapannya adalah lagu mereka bisa dikenal publik dan akhirnya laku terjual. Apakah metode seperti ini akan terus bertahan untuk waktu - waktu ke depan? Sementara sekarang adalah jaman digital, sehingga lagu yang dijual dalam bentuk CD dengan benderol harga lumayan bisa dengan mudah digandakan (dibajak) dan disebarluaskan secara gratis (dan ilegal).

Contoh paling mudah adalah launching album terbaru PeterPan beberapa waktu lalu. Bahkan sebelum album “Hari yang Cerah” tersebut dilaunching secara resmi, seluruh lagu dalam satu album tersebut sudah berdengung di seputar kost-kostan daerah Jogja . Dan tentunya “hal biasa” ini tidak hanya terjadi di Jogja saja bukan? Dan tentunya tidak hanya album PeterPan saja, Kangen band juga (ouhh.. , topik sensitif ya :D).

Untuk band sekelas PeterPan, Padi, Dewa19, Slank, dll mungkin hal ini tidak berpengaruh banyak. Pendapatan mereka tetap berlebih. Tapi bagaimana dengan mereka yang berjalan di jalur indie? Pangsa pasar sedikit, bertahan susah, masih dibajak lagi.. (helahh…, sedih banget..)

Bagaimana jika sekarang skemanya kita ubah. Musisi, ciptakan karya, rekaman (baik itu rekaman yang profesional maupun amatir), setelah itu berikan lagu anda secara gratis. Medianya bisa berbagai macam, baik itu titip di komputer/laptop teman, bagi - bagi CD, dan tentu saja INTERNET. Saya kasih huruf besar buat kata INTERNET karena media inilah yang bisa jadi paling ideal. Jangkauan tanpa batas, tanpa ukuran usia, *hanya ukuran bandwith :D. Ditambah lagi tolak ukur diterima tidaknya karya musik anda di publik juga semakin mudah diukur. Berapa banyak yang mendownload lagu anda, berapa rating lagu anda, berapa banyak yang mengomentari lagu anda, dll tergantung fasilitas dari website yang menampung lagu anda. Sebagai contoh ada MySpace, Multiply dan ProjectOpus.

Selain itu selera musik masyarakat juga tidak bisa lagi didikte oleh para penguasa bisnis industri musik. Musik apapun bisa keluar. Semua punya kesempatan yang sama. (kecuali jika para penguasa industri musik ini juga menjelajah ke bisnis internet, nah skenarionya beda).

Lalu darimana si musisi bisa hidup kalau lagunya dibagi gratis? Ya dia bisa nyambi sambil jadi PNS juga kan.. (Lah wong gak masuk kerja juga gak masalah kan, pensiun juga dapat..) Masih banyak “wilayah” lain yang bisa dijadikan musisi untuk mendapatkan pemasukan. Kita ambil contoh saja:

Anggap ada sebuah band bernama FeelingBlue. Setelah melakukan rekaman secara semi profesional (sebagian dengan software Fruity Loops dan CoolEdit dan sebagian di studio), lagu mereka siap dalam format MP3. Lagu ini di letakkan di internet, dan gratis untuk didownload. Ternyata cukup banyak yang suka lagu mereka. Akhirnya order manggung pun berdatangan (satu pemasukan). Kemudian provider GSM mengontrak mereka untuk jadi nada sambung : semacam NSP, ring back tone, dll (pemasukan kedua) . Setelah semakin terkenal, mulailah mereka membuat merchandise, dan dijual di berbagai distro dan toko merchandise (pemasukan ketiga). Semakin terkenal lagi mereka, tidak menutup kemungkinan tawaran main iklan datang, bahkan mungkin main film (pemasukan keempat). Itu baru hal - hal sederhana yang terpikirkan. Kalau mereka lebih jeli mereka bisa membuat komunitas online untuk mendapatkan income tambahan dari iklan online (bisa minta bantu Babe Nukman buat konsultasi masalah ini :D). Dengan jalan seperti ini, siapa tahu suatu hari nanti FeelingBlue main satu panggung dengan Nidji, GIGI, Dewa19 dan Kangen Band :D.

Dari hal - hal seperti itu nantinya para musisi - musisi indie ini bisa mendapatkan apresiasi yang lebih layak atas kreatifitas mereka. Rumusnya (*mode sok tahu) kurang lebih : Kreatif — Terkenal — Pemasukan. Dan konsep dasarnya adalah bahwa musisi tidak lagi mendapatkan pemasukan dengan menjual lagu - lagu mereka dalam bentuk CD/kaset tetapi dari efek atas diterimanya musik mereka di masyarakat. Ini sekaligus menjadi parameter kreatifitas musik mereka. Untuk mendapatkan pemasukan yang semakin baik, maka kreatifitas mereka juga harus semakin tinggi.

Cari Blog Ini

berita terhangat

berita terhangat

Powered By Blogger


Pengikut

Laman

Mengenai Saya

Foto saya
subang, jawa barat, Indonesia
ngeband...